Home / Berita / Review: The Sound of the Waves – Yukio Mishima
Review: The Sound of the Waves – Yukio Mishima
Review 16 Dec 2025 4 views

Review: The Sound of the Waves – Yukio Mishima

(Judul Asli: Shiosai, 1954)

Genre: Fiksi Sastra, Romansa, Realisme Liris
Tema Utama: Cinta murni, kepolosan, harmoni alam, kehormatan, dan keindahan kesederhanaan
Latar: Pulau kecil fiktif Uta-jima di Laut Ise, Jepang pasca-perang

Sinopsis Singkat
The Sound of the Waves bercerita tentang Shinji Kubo, seorang nelayan muda yang jujur dan pekerja keras, dan Hatsue Miyata, putri cantik dari keluarga kaya pemilik kapal. Keduanya jatuh cinta diam-diam di bawah langit biru dan ombak tenang pulau kecil mereka. Namun, cinta mereka diuji oleh gosip desa, rasa iri, dan ketimpangan status sosial.

Kisah ini mengalir tenang seperti ombak yang membelai pantai—tanpa kekerasan, tanpa kebencian, hanya pergulatan antara hati, harga diri, dan keindahan alam yang menyatukan segalanya.

Keistimewaan Buku Ini
1. Romansa yang Murni dan Tanpa Drama Berlebihan
Berbeda dari karya Mishima lain yang penuh kegelapan, kekerasan, dan kompleksitas psikologis (seperti Confessions of a Mask atau The Temple of the Golden Pavilion), The Sound of the Waves justru ringan, jernih, dan penuh cahaya. Ini adalah kisah cinta yang tidak dirusak oleh nafsu, kepahitan, atau ambisi—hanya dua jiwa yang saling mengenal dalam kesederhanaan.

“Cinta mereka tumbuh seperti rumput laut di dasar laut: diam, kuat, dan menyatu dengan arus kehidupan.”

2. Deskripsi Alam yang Menyihir
Mishima menulis alam bukan sebagai latar belakang, tapi sebagai karakter utama. Matahari terbit di atas laut, burung camar, bau garam, suara ombak, cahaya bulan di atas perahu—semua digambarkan dengan puisi visual yang hidup. Pembaca seakan bisa merasakan angin laut dan mendengar desau daun pinus.

3. Penghormatan terhadap Nilai Tradisional Jepang
Buku ini adalah ode terhadap kehidupan pedesaan Jepang yang harmonis: kerja keras, rasa hormat, kesetiaan, dan komunitas yang saling mengawasi namun juga saling menjaga. Shinji adalah personifikasi kebajikan samurai modern: berani, jujur, dan rendah hati—tanpa pedang, hanya dengan jaring ikan.

4. Akhir yang Memuaskan dan Penuh Harapan
Di tengah dunia sastra yang sering kali tragis, Mishima memberi kita akhir yang hangat dan optimis—sebuah pernikahan yang disetujui komunitas, didasari pada karakter, bukan kekayaan. Ini adalah kemenangan moral atas prasangka.

Kritik Ringan
Bagi pembaca yang terbiasa dengan gaya Mishima yang gelap dan filosofis, novel ini mungkin terasa terlalu sederhana atau “terlalu manis”.
Konflik utama terasa minim ketegangan, karena ancaman terbesar hanyalah gosip desa—bukan musuh nyata.
Namun, justru di situlah kekuatannya: kesederhanaan sebagai bentuk keindahan tertinggi.

???? Kutipan Menginspirasi
“Laut tidak pernah berbohong. Ia selalu menunjukkan wajah aslinya—tenang atau mengamuk, jernih atau keruh. Manusia seharusnya belajar darinya.”

“Cinta sejati tidak butuh kata-kata. Ia cukup berbicara lewat mata yang bertemu di tengah keramaian pasar ikan.”

Untuk Siapa Buku Ini?
Pecinta romansa klasik yang jauh dari klise modern
Penggemar sastra Jepang yang ingin melihat sisi lembut Mishima
Siapa pun yang rindu pada dunia yang lebih lambat, jujur, dan penuh makna
Rating: 4.5 / 5
The Sound of the Waves adalah permata langka dalam karya Yukio Mishima—sebuah kisah cinta yang murni, ditulis dengan kepekaan puitis terhadap alam dan jiwa manusia. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, novel ini seperti angin segar dari laut lepas: menenangkan, menyegarkan, dan mengingatkan kita pada keindahan hal-hal sederhana.

“Bacalah buku ini di pagi hari, dengan secangkir teh, dan biarkan ombak membawamu ke pulau Uta-jima.”

Disebutkan dalam artikel ini

Bagikan: